Sejak 2 tahun terakhir ada fenomena baru di tengah masyarakat kita yaitu kawin lagi atau punya isteri kedua. Tak tahu siapa yang memulainya, ataukah mereka mengikuti Aa Gym yang secara resmi melaporkan statusnya menikahi isteri keduanya sekitar 2 tahun lalu, entahlah.
Saya mempunyai 3 orang teman dekat yang menikah lagi (banyak juga ya...) saya mengenal mereka dengan baik. Karena saya dekat dengan mereka maka my wife senantiasa wanti-wanti agar tidak terlalu dekat dengan mereka agar tidak ketularan... he...he...he...
Bagi orang Islam menikah lagi atau memiliki isteri lebih dari satu itu halal dan dibolehkan asalkan dengan alasan yang baik dan tujuannya juga baik misalnya untuk menyelamatkan diri perbuatan dosa (zina) karena keinginan syahwat yang tidak terkendali. Atau juga karena ingin menolong orang lain wanita yang dikawini dan keluarganya. Atau alasan-alasan yang baik lainnya. Namun perlu dipertimbangkan bahwa seorang laki-laki yang memiliki isteri labih dari satu harus bisa bersikap adil di dalam semua hal ini, inilah yang tidak mudah.
Bagaimana rasanya punya isteri 2.
Berikut ini saya tuliskan beberapa pengalaman yang diceritakan oleh teman-teman saya ini karena saya sendiri belum berpengalaman....
Teman A menikah lagi sudah sejak 3 tahun yang lalu secara diam-diam tanpa sepengetahuan isteri pertama dan baru beberapa bulan yang lalu memberitahu isteri pertamanya. Sudah barang tentu sang isteri shock berat mendengarnya. Entah bagaimana caranya teman A ini bisa mengatasi masalah sehingga sampai saat ini rumah tangga mereka masih berjalan seperti biasa (kelihatannya). Teman ini bercerita bahwa dia sering dibuat pusing oleh ke dua isterinya ini. Di satu sisi ia ingin menjaga perasaan isteri- isterinya tapi tidak mudah. Isteri kedua awalnya bisa mengalah tapi kadang-kadang sering pula tidak sabar. Sehingga teman A ini harus pandai-pandai "membawakan diri" agar salah satu isteri tidak mengetahui situasi di isteri yang lain. Setiap hari teman A ini harus menjalani hidup seperti itu. Ini sesuai dengan cerita yang pernah disampaikan oleh seorang klien yang mempunyai isteri dua beliau bilang "setiap hari harus banyak berbohong" agar semuanya bisa berjalan baik.
Teman yang lain sebut saja teman B, dia lebih beruntung karena isteri pertamanya mengizinkan dia menikah lagi dan bahkan isterinya yang mencarikan seorang wanita muda dan cantik pula. Dari segi izin teman ini tidak ada masalah. Masalah timbul setelah menikah, isteri pertama sering uring-uringan kalau teman B terlalu lama di rumah isteri muda, "kok disana melulu sih, kan disini banyak anak-anaknya yang perlu dibantu". Sebaliknya pada saat teman B tinggal di isteri pertama, isteri muda komplain " kok disana melulu sih, aku kan sendirian disini"Terus lain waktu isteri muda minta untuk tinggal di rumahnya karena papa dan ibu (mertua teman B) datang dan ingin bertemu.
Teman lain lagi sebut saja C, dia menikahi isteri ke 2 secara diam-diam dan sudah bisa ditebak isteri pertama pasti marah. Tapi dengan alasan karena isteri pertama tidak bisa punya anak akhirnya dia bisa menerima. Namun persoalan tetap ada, teman ini setiap hari harus bisa berakrobat kata dan tindakan.
Ada pengalaman yang menarik yang sangat pelik yang terjadi. Pada satu saat salah satu anggota keluarga teman C menikah di kampung mereka di luar kota. Isteri pertama punyai ide smart (mungkin untuk menarik perhatian mertua) jauh hari sebelum acara pernikahan dia sudah sampai di rumah mertua dan membantu persiapan acara disana. Teman C panik karena tadinya dia tidak akan mengajak isteri pertama tapi isteri kedua sekalian ingin memperkenalkannya kepada anggota keluarga. Tapi apa mungkin tetap mengajak isteri kedua, bisa-bisa terjadi perang dunia ketiga ditempat pesta. Teman C bingung dan akhirnya dia putuskan tidak hadir di acara itu, tapi ini membuat orang tuanya marah besar karena dia sebagai wakil keluarga seharusnya hadir dipernikahan itu. Teman C semakin pusing, sementara isteri kedua tidak mengizinkannya pergi. Wah....pusiiiiiing.
Akhirnya dia putuskan tetap tidak jadi berangkat dan sebagai kompensasinya dia harus mengirimkan uang yang lebih banyak untuk membantu acara itu dan sekaligus untuk menghibur hari orang tuanya.
Bagaimana rasanya jika anda ada di dalam situasi seperti itu setiap hari. Anda senantiasa berada di zona perang yang tiada henti setiap hari. Yang lebih parah lagi andalah yang menjadi penyebab terjadinya perang itu. Anda jugalah yang menjadi "korban" dari perang itu.
Sementara itu anda harus juga bekerja mencari nafkah dan mengurusi bisnis anda yang semakin hari semakin pelik. Apa lagi penghasilan harus di bagi dua segala, setengan untuk isteri pertama dan setengahnya lagi untuk isteri ke dua terus anda dapat apa?..... yah habis deh.
Teman A pernah bercerita bahwa setelah menikah ini rezki bertambah banyak, mudah-mudahan demikian adanya.
Bagaimana kalau kondisinya sebaliknya, rezki lagi berkurang atau pendapatan turun sementara biaya hidup meningkat 2 kali? Ini mungkin saja terjadi, sepertinya salah satu teman saya tadi mengalami hal itu dimana bisnisnya sedang mengalami penurunan, anda bisa bayangkan bagaimana situasinya.
Semoga tulisan ini menjadi masukan dan dipertimbangkan buat teman-teman yang ada rencana untuk menikah lagi. Kadang-kadang memang datang keinginan untuk menikah lagi, entah karena apa sebabnya. Tapi kalau tidak yakin bisa siap dan mampu untuk menjalaninya seperti kisah-kisah teman-teman saya di atas, cobalah pertimbangkan lagi niat anda. Carilah jalan keluar yang baik. Rasul pernah menasihati seorang pemuda yang ingin menikah tapi dia tidak mampu agar sang pemuda itu untuk berpuasa. Perbanyaklah puasa dan mendekat diri kepada Allah semoga diberi petunjuk dan jalan keluar yang terbaik.
Jauh lebih enak hidup dengan satu isteri, isteri yang sangat mencintai anda yang setelah sekian tahun hidup bersamanya dan tidak lagi meminta dari anda justru sekarang memberikan banyak kepada anda.
Salah satu hal yang saya tangkap dari pengalaman teman-teman tadi bahwa sekarang ini mereka kehilangan "teman abadi". Mereka tidak punya lagi teman hidup yang sejati karena masing-masing isteri tidak lagi bisa menerimanya secara utuh seperti semula, mereka menjaga jarak sehingga teman tidak lagi bisa "curhat" lepas. Akhrinya teman-teman ini terpakasa memikirkan dan menyelesaikan sendiri setiap persoalan yang timbul.
Jadi menikah lagi?.... think it over, over, over again my friends.
Sunday, August 10, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment